Akhir tahun 2017 lalu ditutup dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di beberapa kabupaten kota seluruh Indonesia. Difteri merupakan penyakit yang sangat menular, dan disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae.
Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa:
- Demam yang tidak begitu tinggi
- Munculnya selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan
- Sakit waktu menelan
- Pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck.
- Sesak napas dan / suara mengorok.
Difteri dapat menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan terutama anak-anak. tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga terserang Difteri.
Pencegahan utama Difteri adalah dengan imunisasi. Munculnya KLB Difteri ini dikarenakan adanya akumulasi kelompok yang rentan terhadap Difteri, yakni mereka yang tidak mendapat imunisasi atau tidak lengkap imunisasinya. Imunisasi lengkap sesuai usia menjadi suatu keharusan, karena melalui upaya inilah peningkatan kekebalan difteri dapat diperoleh secara optimal.
Salah satu langkah pemerintah menangani KLB Difteri adalah dengan mengadakan ORI (Outbreak Response Immunization), yaitu melakukan imunisasi penduduk yang tinggal di sekitar penderita difteri, dimulai dari mereka yang tinggal serumah, tetangga dan mereka yang pernah kontak dengan penderita. Target ORI adalah anak usia 1 tahun sampai kurang dari 19 tahun.
Lantas bagaimana dengan orang dewasa? Apakah ikut dalam program ORI? Mengingat prioritas penanggulangan saat ini adalah pada kelompok yang berusia di bawah 19 tahun maka keinginan penduduk dewasa untuk memperoleh imunisasi Difteri dapat dilakukan secara mandiri.
Mari kita cegah difteri dengan imunisasi sebelum korban bertambah banyak.